JAKARTA (ANTARA) – Persatuan Data Besar dan Kecerdasan Buatan (ABDI) dan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) mendukung keberadaan algoritma berbasis nilai-nilai kebangsaan yang dapat muncul pada Pemilu 2024 (Pemilu) dan mendominasi ruang digital. . sekaligus menciptakan rasa aman di dunia maya.
Algoritma berbasis kebangsaan dalam ruang digital harus ada untuk mencegah politik identitas yang berpotensi memecah belah bangsa.
“ABDI dan Lemhanas memang mendukung algoritma nasional di Pilkada 2024. Dengan algoritma ini diharapkan dapat menetralkan isu-isu politik yang dapat menimbulkan polarisasi. Ini juga bisa jadi pengaman siber kita,” kata Ketua ABDI Rudi Rusdiah di Jakarta, Senin.
Menurut Rudi, menggelar pesta demokrasi di era transformasi digital saat ini di berbagai negara, termasuk negara maju, menunjukkan tantangan yang juga diperhatikan adalah terkait keamanan siber.
Dia mencontohkan kasus politik identitas, atau kebijakan yang mengeksploitasi isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) di dunia maya, yang muncul saat pemilu Amerika Serikat 2020.
Pada pemilu AS 2020, salah satu calon presiden, Donald Trump, mengangkat isu supremasi kulit putih.
Diskusi tidak berhenti pada saat kampanye langsung, tetapi juga terjadi di media sosial yaitu di ruang digital, sehingga cukup banyak terjadi konflik setelahnya.
Polarisasi juga terjadi di Indonesia pada Pemilu 2019, ketika para pendukung masing-masing kandidat kerap cekcok, terutama di media sosial, yang akhirnya menimbulkan perpecahan yang cukup panjang.
Oleh karena itu, menurut Rudi, untuk mencegah hal seperti itu terjadi, diperlukan algoritma nasional yang mendukung situasi pemilu 2024 secara kondusif dan damai serta menjaga persatuan bangsa.
“Dengan pemilu yang akan datang pada tahun 2024, strategi sangat dibutuhkan untuk menjaga data dan ketahanan siber,” ujarnya.
Pada saat yang sama, dalam hal komunikasi publik, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika berkomitmen menghadirkan narasi “Pemilu Damai” untuk menyelenggarakan Pilkada 2024.
Dalam narasi Pemilu Damai, masyarakat Indonesia, khususnya pemilih muda yang didominasi oleh Gen Z, diimbau untuk tidak terjebak pada banyaknya narasi politik di media sosial, terutama yang bersifat memecah belah atau mengandung ujaran kebencian.
Baca Juga: Big Data Expo 2023: Perpaduan Teknologi Digital dan Budaya
Baca juga: Digitalisasi mengurangi keluhan karyawan hingga 70 persen
Reporter: Livia Kristianti
Penerbit : Maria Rosari Dwi Putri
HAK CIPTA © ANTARA 2023